Rosida, Karis. 2010. Strategi Calon Legislatif Perempuan pada Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tahun 2009 di Kota Malang. Skripsi, Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Dra. Sri Untari, M.Si., (II) Drs. Petir Pudjantoro, M.Si.
Kata Kunci : Strategi Calon Legislatif Perempuan
Kuota 30% keterwakilan perempuan yang mencuat kembali pada pemiihan umum anggota legislatif tahun 2009. Berdasarkan pemilihan umum tahun 2004, mayoritas partai yang ikut bersaing dalam pemilihan umum pada tahun itu mengalami kesulitan untuk memenuhi kuota 30% keterwakilan perempuan tersebut. Masih minimnya calon legislatif perempuan yang bersaing dalam pemilihan umum, sangat menarik perhatian peneliti untuk mengetahui bagaimana strategi yang digunakan para calon legislatif perempuan untuk mendapatkan dukungan yang maksimal. Hal tersebut dikarenakan pada pemilihan umum tahun 2009, semakin banyaknya caleg perempuan yang ikut bersaing.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan platform partai bagi calon legislatif perempuan dalam pemilihan umum legislatif Kota Malang tahun 2009, (2) mendeskripsikan konsolidasi partai terhadap calon legislatif perempuan dalam pemilihan umum legislatif Kota Malang tahun 2009, (3) mendeskripsikan motivasi calon legislatif perempuan dalam pemilihan umum anggota legislatif Kota Malang tahun 2009, (4) mendeskripsikan strategi calon legislatif perempuan dalam pemilu legislatif Kota Malang tahun 2009.
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan pendekatan kualitatif bersifat deskriptif. Penelitian ini merupakan jenis penelitian fenomenologis yang dilakukan secara intensif dan terinci terhadap keberhasilan calon legislatif perempuan mendapatkan kursi di legislatif. Prosedur pengumpulan data yang digunakan adalah (1) wawancara, (2) dokumentasi.
Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan bahwa (1) Platform partai tidak terlalu menjadi faktor penentu bagi pemilih dalam mendukung atau tidak mendukung terhadap caleg perempuan dalam pemilihan umum legislatif. Hal tersebut dikarenakan figur personal dari masing-masing calon legislatif perempuan lebih dipilih dibandingkan visi, misi, dan program yang ditawarkan, selain itu mayoritas platform partai tidak terlalu memperjuangkan tentang isu perempuan. (2) Konsolidasi partai bagi calon legislatif perempuan dalam pemilu legislatif tahun 2009 di Kota Malang peranannya tidak terlalu dominan, dikarenakan konsolidasi yang dilaksanakan masing-masing partai hanya sebatas penguatan pengkaderan secara umum. (3) Efektivitas kinerja Bappilu tidak terlalu berpengaruh terhadap calon legislatif perempuan, karena Bappilu hanya memberikan pengarahan secara umum tentang aturan main dalam pemilu dan tidak sampai kepada strategi politik. (4) Strategi yang digunakan para calon legislatif perempuan sudah menggunakan strategi marketing politik dengan pendekatan Segmentasi, Targeting dan Positioning. Tetapi, bentuk operasionalnya masih kental menggunakan pendekatan konvensional. Strategi yang digunakan para calon legislatif perempuan kurang efektif untuk meraih dukungan yang maksimal, dikarenakan masyarakat lebih selektif dalam memilih dan lebih tertarik kepada figur masing-masing calon legislatif perempuan. (5) faktor penentu kemenangan calon legislatif perempuan dalam pemilihan umum tahun 2009 ialah citra personal masing-masing calon legislatif perempuan, sedangkan basis massa terbesar atau terkuat ada di daerah tempat calon legislatif perempuan itu tinggal. Berdasarkan dari temuan penelitian ini beberapa saran yang dapat peneliti ajukan guna mendukung peningkatan strategi calon legislatif perempuan, yaitu: (1) Sebaiknya partai harus meningkatkan manajemen kepartaian dengan mengadakan perubahan platform agar sesuai dengan aspirasi rakyat. Sehingga program yang dihasilkan merupakan refleksi dari situasi dan kondisi di masyarakat. (2) Partai harus merespon public opinion bahwa caleg perempuan memiliki banyak kelebihan dibandingkan laki-laki, yakni lebih jujur dan takut untuk korupsi. Hal itu menunjukkan bahwa citra caleg perempuan semakin meningkat di masyarakat, sehingga diperlukan respon dan strategi khusus dari partai terhadap fenomena ini. (3) Para caleg perempuan harus lebih mengkaji dalam lagi tentang strategi marketing poltik. Tujuannya supaya pendekatan yang digunakan tidak lagi konvensional dan lebih efektif untuk memenangkan pemilu legislatif pada periode mendatang. (4) Perlu adanya restrukturisasi hubungan antara politisi dan partai politik, karena yang terjadi selama ini caleg behasil menang dalam pemilu karena usahanya sendiri dan minim kontribusi dari partai. Partai hanyalah sebagai label dan masyarakat lebih melihat personalitas caleg daripada figur partai yang mengusungnya. Dengan adanya restrukturisasi, diharapkan apa yang ditawarkan caleg merupakan cerminan dari jati diri partai.