Kolam Trapesium UM dibangun dengan desain yang sangat unik, dimana di sekitar kolam tersebut terdapat panggung yang menjulang dan dikelilingi oleh taman-taman yang indah serta terdapat gazebo-gazebo yang cocok digunakan untuk mengerjakan tugas kelompok ataupun untuk bersantai dengan menikmati keindahan kolam trapesium. Akan tetapi keindahan kolam trapesium tidak dapat terlihat nyata, karena tertutup oleh banyaknya gulma yang tumbuh subur pada kolam dan air kolam yang dahulu jernih berubah menjadi hijau. Beberapa mahasiswa mengeluhkan tentang hal ini, ditambah lagi air kolam yang teridentifikasi tercemar mengeluarkan bau yang kurang sedap dan mengganggu keindahan.

Berawal dari obrolan antar mahasiswa yang mengeluhkan keadaan kolam trapesium, mucul insiatif dari mahasiswa Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan untuk membersihkan kolam trapesium. Ide membersihkan kolam trapesium ini berawal dari satu tugas mata kuliah Praksis Sosial. Target utamanya adalah menuntut agar semua mahasiswanya dapat memecahkan suatu masalah yang ada di lingkungan sekitarnya. Ini juga untuk mengukur seberapa peka mahasiswa terhadap lingkungan sekitar. Tidak hanya mengeluh terhadap keadaan yang ada, namun harus melakukan kerja nyata. Salah satu ide kelompok praksis sosial ini adalah mewujudkan mahasiswa kembali semangat menjaga lingkungan sekitar melalui satu tindakan nyata.

Kelompok Praksis Sosial Jurusan  Hukum dan Kewarganegaraan meminta ijin kepada Kepala Sub Bagian Halaman, dan memaparkan ide untuk membersihkan kolam trapesium. Kepala Sub Bagian Halaman. Setelah mendapat ijin untuk membersihkan kolam trapesium, kelompok praksis sosial yang beranggotakan Nike Dwi Puspita, Nordiana, Riska Musfaiyah, Shinta Putri Irlinda dan Yova Andre membahas langkah efektif untuk praksis ini agar berjalan sesuai dengan ide, karena memang ini tantangan terberat yang harus dilaksanakan. Menyadari bahwa tidak mudah membersihkan kolam trapesium yang luas dan hanya terdiri dari lima anak saja, akhirnya ide berkembang dengan mengajak mahasiswa lain untuk membantu praksis sosial yang akan dilaksanakan, melalui ajakan langsung bahkan dengan media sosial. Disinilah kepekaan mahasiswa UM terhadap lingkungan kampusnya terlihat. Banyak yang menolak berpartisipasi dalam praksis ini dan menganggap bahwa ide praksis ini sulit terjuwud melihat kondisi kolam trapesium yang begitu “ kotor”. Dengan adanya penolakan seperti ini membuat pesimis mahasiswa praksis ini untuk melaksanakan membersihkan trapesium. Namun, semangat itu hadir kembali ketika diberi dorongan dan pengarahan oleh dosen mata kuliah Praksis Sosial Desinta Dwi Rapita,MH. Bu Desinta memberikan saran agar kembali menghubungi Kepala Sub Bagian Halaman untuk meminta bantuan pekerja, sebab kebersihan dan kenyamanan lingkungan kampus menjadi tanggungjawab bersama masyarakat kampus. Akhirnya saran tersebut direalisasikan dan Kepala Sub Bagian  Halaman memerintahkan petugas kebersihkan halaman untuk membantu praksis sosial ini. Bersyukur masalah kekurangan personil praksis sosial ini dapat terselesaikan, sehingga praksis sosial membersihkan kolam trapesium dapat dilaksanakan.

Kegiatan membersihkan kolam trapesium dilakukan selama 1 kali dalam seminggu. Dalam minggu pertama hanya membersihkan gulma dan menguras kolam trapesium, betapa terkejutnya mahasiswa yang melakukan praksis setelah kolam tersebut dikuras, banyak sampah-sampah yang ada di kolam tersebut mulai dari bungkus makanan ringan hingga barang pecah belah serta lumpur yang begitu bau dan mengendap. Minggu seterusnya membersihkan sampah-sampah yang ada dikolam tersebut dan berusaha menyingkirkan lumpur yang ada pada kolam. Tidak lagi terlihat seperti kolam, sebab berdasarkan informasi setelah pembangunan awal dulu, sekitar 10 tahun yang lalu kolam trapesium tidak pernah dibersihkan (dikuras). Petugas yang ada hanya membersihkan lingkungan kolam trapesium. Memang sangat disayangkan kolam trapesium dibangun dengan tujuan baik,untuk menambah keindahan disudut UM ternyata tidak berjalan sesuai rencana karena kurangnya kesadaran dari mahasiswa untuk menjaga kebersihan lingkungan kolam dan pihak UM sendiri kurang merespon keadaan kolam trapesium.

Menciptakan suatu lingkungan kampus yang indah, bersih dan nyaman bukan merupakan tanggungjawab satu pihak saja, melainkan semua pihak dengan cara bekerja sama dan bergotong royong menjaga lingkungan kampus. Melalui kegiatan Praksis Sosial di kolam trapesium ini semoga bisa menjadi awal untuk menggerakkan kembali kepekaan mahasiswa dan seluruh civitas akademika lingkungan Kampus UM. Sehingga UM  benar-benar menjadi kampus yang indah, bersih, nyaman dan prestasi pun akan mudah diraih.