Bondowoso, tanggal 10 Agustus 2024 Tim Pengabdian kepada Masyarakat dari Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang menyelenggarakan kegiatan workshop di Pusat Informasi Megalitik. Tim pengabdian yang terdiri dari Dosen Prodi Sejarah, Reza Hudiyanto, Ismail Lutfi, Arif Subekti dan dua anggota mahasiswa melakukan kegiatan pemaparan materi, pendampingan dan praktek lapangan.

Tujuan kegiatan ini adalah sebagai Penguatan konsep Desa Wisata berbasis Heritage sebagai persiapan pembentukan desa wisata berbasis potensi budaya dan sejarah. Berawal dari “Membuat megalitik menggelitik”, yang merupakan semboyan untuk mengangkat potensi wisata berbasis situs pra-sejarah. Revolusi dalam transaksi informasi digital telah mempengaruhi sektor pariwisata. Peningkatan jumlah pengakses informasi membuka peluang salah satu wilayah yang memiliki jumlah temuan situs kebudayaan megalitik untuk dikembangkan menjadi desa wisata.

Pembukaan kegiatan ini disampaikan oleh Kepala Bidang Kebudayaan bapak Gde Budiawan S.Sos, M.Si. yang menyatakan kegembiraannya bahwa Pusat Informasi Megalitik atau sering disingkat PIM dijadikan sebagai venue kegiatan ini. Lokasi PIM berjarak kurang lebih 8 km sebelah Selatan Kota Bondowoso. Perintis PIM adalah Bapak Heri Kusdarijanto Kasi Sejarah dan Cagar Budaya, bersama bapak Ismail Lutfi sejak tahun 2016. Saat ini PIM ramai dikunjungi tamu dan menjadi daya tarik Kecamatan Grujugan. Bahkan PIM menjadi lokasi upacara hari penting Nasional selain di Kantor Dinas di Kota Bondowoso.

Fasilitator dalam kegiatan ini adalah Ismail Lutfi, M.A dengan materi “manfaat menjadi desa wisata heritage“. Kemudian dilanjutkan fasilitator kedua yaitu Ketua Forum Komunikasi Kelompok Sadar Wisata se-Kabupaten Bondowoso yang dimoderatori oleh Ahmad Rofiuddin, mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah. Pengembangan wisata bisa memberikan manfaat baik dari aspek pelestarian, pemberdayaan, pendapatan dan wisata yang berkelanjutan. Setelah itu, strategi pengembangan berupa pemetaan potensi, peningkatan kapasitan masyarakat, pengembangan infrastruktur dan pembentukan kelompok sadar wisata melalui media sosial dan Pendidikan, membangun kemitraan dengan pemerintah, akademisi dan swasta, branding serta promosi.

Pentingnya dilakukan Pemetaan potensi heritage sebagai inventarisasi asset budaya, dokumentasi, analisis potensi, klasifikasi asset-penentuan prioritas, penyusunan peta potensi, evaluasi dan rekomendasi. Pembentukan desa wisata berbasis heritage juga harus melakukan inventarisasi mendalam terhadap asset budaya, analisis nilai dan potensi. Nilai dalam pengertian tersebut adalah nilai Sejarah, edukasi, budaya, estetika, dan ekonomi. Klasifikasi dan prioritas situs perlu pengembangan lebih lanjut dalam pemetaan peta potensi wisata heritage disertasi zonasi. Usaha ini bisa menggunakan aplikasi Geographical Information System dengan melibatkan masyarakat. Kesimpulannya penguatan konsep Masyarakat Desa Sadar Wisata berbasis wisata heritage merupakan upaya kompleks dan membutuhkan komitmen dari berbagai pihak. Pendekatan yang tepat dapat menjadi motor penggerak pembangunan wisata heritage yang berkelanjutan. Pemetaan potensi wisata heritage secara komprehensif, merancang program pengembangan pariwisata yang efektif dan berkelanjutan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

Berdasarkan pengalaman ketua Forum Komunikasi Kelompok Sadar Wisata Bondowoso. Salah satu kiat sebagai pelopor harus tahan kritik dan tahan banting. Pelopor harus mampu menemukan masalah, jika pelopor tidak menganggap ada masalah, maka itu adalah permasalahan besar. Upaya pengembangan desa wisata itu bisa dilakukan dengan meningkatkan keberdayaan dan kemandirian Masyarakat. Membangkitkan keswadayaan kreatifitas masyarakat seperti kesadaran kritis, potensi sosial dan budaya. Ketiga mengangkat kearifan lokal setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya melalui usaha kepariwisataan. Mereka membentuk kelompok kerja kerja sumber daya manusia, Kelompok Kerja Homestay, Kelompok Kerja Pertanian dan Perkebunan, Kelompok Kerja Perikanan, Kelompok kerja atraksi dan Kelompok Kerja Kerajinan-Kuliner. Kelompok kerja kuliner mampu meproduksi beras organic, sereal serapan Bekatul. KOPJA Kuliner ini tidak hanya menghasilkan produk namun juga menunjukkan proses.