Malang – Kota Malang dikenal sebagai wilayah yang kaya akan keberagaman budaya dan agama. Di tengah dinamika masyarakat yang beragam, umat Muslim dan Hindu di Malang berhasil menjaga hubungan baik melalui berbagai aktivitas sosial dan budaya yang melibatkan kedua komunitas. Kondisi ini menunjukkan bahwa toleransi dan saling menghormati dapat menjadi faktor utama dalam menciptakan keharmonisan di tengah perbedaan.

Penelitian berjudul Harmoni Relasi Sosial Umat Muslim dan Hindu di Malang Raya, yang dilakukan pada tahun 2011 oleh dua dosen Universitas Negeri Malang, Dr. Ahmad Munjin Nasih, M.Hum., dan Dr. Dewa Agung Gede Agung, M.Hum., mengungkap bahwa hubungan harmonis ini terbentuk melalui empat aspek utama: kegiatan desa, agenda kenegaraan, aktivitas keagamaan, serta pelestarian budaya lokal. Partisipasi dalam kegiatan seperti gotong royong, peringatan hari besar nasional, hingga perayaan tradisional seperti bersih desa menjadi sarana efektif dalam mempererat interaksi antar umat beragama. Hal ini mencerminkan bahwa interaksi sosial yang sehat dapat mengatasi sekat-sekat perbedaan dan memperkuat ikatan sosial di masyarakat.

Dalam kehidupan sehari-hari, kedua komunitas menunjukkan sikap saling menghormati. Misalnya, dalam pembangunan rumah ibadah, umat Muslim dan Hindu bekerja sama tanpa membedakan keyakinan masing-masing. Selain itu, ketika bulan Ramadan dan perayaan Nyepi, masyarakat berupaya menjaga ketertiban dengan menyesuaikan jadwal kegiatan agar tidak mengganggu peribadatan satu sama lain. Sikap ini mencerminkan nilai gotong royong yang telah menjadi bagian dari budaya Indonesia sejak lama.

Selain keterlibatan aktif dalam berbagai kegiatan, peran tokoh agama dan pemimpin masyarakat juga sangat berpengaruh. Keduanya  berfungsi sebagai penghubung yang memastikan perbedaan keyakinan tidak menjadi pemicu konflik, tetapi justru memperkuat rasa kebersamaan. 

Menurut Dr. Ahmad Munjin Nasih, M.Hum., keberhasilan dalam menjaga kerukunan ini turut didukung oleh pemahaman mendalam terhadap ajaran agama masing-masing yang menekankan nilai-nilai perdamaian dan persaudaraan. “Selama komunikasi yang baik tetap dijaga dan ada rasa saling menghormati, keberagaman bukanlah penghalang, melainkan kekuatan dalam masyarakat,” ujarnya

Penelitian ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Sustainable Development Goals, khususnya poin ke-4 yaiut pendidikan berkualitas dan poin ke-16  perdamaian, keadilan, dan kelembagaan yang kuat. Dengan upaya menanamkan nilai toleransi dan pemahaman lintas agama sejak dini, masyarakat dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif. Selain itu, keterlibatan generasi muda dalam menjaga hubungan baik antar umat beragama juga menjadi faktor penting agar nilai-nilai toleransi terus terjaga dan diwariskan ke generasi berikutnya. Keberhasilan kota Malang dalam membangun hubungan harmonis antar umat beragama membuktikan bahwa toleransi dan keterlibatan aktif masyarakat dapat terus dijaga serta menjadi fondasi bagi pembangunan yang berkelanjutan.

Pewarta: Moch. Reyhan Arif