Dalam memperingati hari museum nasional pada 12 Oktober 2023, UPT Museum Edukasi Universitas Negeri Malang mengadakan kegiatan Seminar Nasional dan Call for Paper yang bertema “Masa Depan Museum Indonesia Peluang dan Tantangan.” Tema kegiatan ini tentunya menjadi sangat menarik karena melihat bagaimana museum-museum di Indonesia dalam pandangan masyarakat. Acara ini mengundang pembicara ahli diantaranya adalah Dr. Daud Aris Tanudirjo (Departemen Arkeologi Universitas Gadjah Mada), Dr. Erlina Wiyanarti (Departemen Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia), dan Dr. Deny Yudo Wahyudi (Departemen Sejarah Universitas Negeri Malang).

Dr. Erlina Wiyanarti memaparkan bahwa kebanyakan pengunjung mendatangi museum karena destinasi wisatanya, dengan jumlah dalam persentase sebanyak 57% dan hanya sebanyak 19,8% yang memiliki motivasi rasa ingin tahu saat mengunjungi museum. Hal ini disebabkan karena generasi masa kini tumbuh beriringan dengan tumbuhnya teknologi. Generasi yang tumbuh di era teknologi atau yang disebut kaum Digital Native memiliki pengalaman yang berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya karena lebih menghabiskan waktu dengan komputer, video game, dan gadget. Perbedaan pengalaman ini mempengaruhi struktur fisik otak, seperti yang diungkapkan Dr. Bruce. D. Perry Baylor, sehingga memengaruhi cara berpikir, memproses informasi, dan karakteristik yang berbeda dengan generasi sebelumnya.

Perbedaan karakter antar generasi ini menyebabkan adanya gap berfikir dan emosi antara kaum Digital Natives dengan pelayanan edukasi di museum. Pengalaman baru di museum tentunya akan membuat pengunjung dating kembali, sehingga museum harus menyediakan ruang bagi pengunjung untuk merasa senang dan nyaman. Hal ini yang harus dibenahi karena Dr. Deny Yudo berpendapat bahwa kondisi pada museum tematik ataupun museum daerah lebih cocok disebut sebagai gudang arca.

Maka, Dr. Erlina Wiyanarti memberikan solusi yang perlu dilakukan yaitu berupa eksplorasi dan perolehan pengalaman lingkungan yang menyenangkan, dukungan bagi proses gamifikasi, bermain dengan atmosfer, dan pembelajaran dengan dukungan teknologi. Lalu, penyelarasan tata kelola dan orientasi museum juga harus diperhatikan, Museum sejarah merupakan museum yang berorientasi ilmu pengetahuan, sehingga harus diperhatikan mana porsi yang lebih dipentingkan, apakah informasi atau benda yang dipajang. Sumber daya manusia di lingkungan museum juga harus ditingkatkan, agar museum task hanya sekedar dipandang untuk tempat memajang benda saja, namun juga terdapat informasi, memori kolektif, dan identitas yang ada.