PENYUSUNAN SISTEM INFORMASI PENDIDIKAN BERBASIS SIG
(SISTEM INFORMASI GEOGRAFI) di KABUPATEN BANTUL

 Agus Suryantoro[1]

 Abstract

Development of SIG with DMS can be explained with some evident: (1) much of software for DBMS, (2) many function and basic procedure that in SIG already prepared by DBMS (SIG is using already program only), if not already, the function and the procedure must be programmed for SIG, (3) generally there are two approaches to use DBMS in SIG, first is Total DBMS Solution Approach and the second is combination solution approach. Educational information system in educational charting form will make easy the user to search, see, entry the new data or edit the data especially for the stakeholder and leader in education field to evaluate the educational condition to reach national standards school in every education in Bantul district.

Key Words: SIG, DBMS, Educational Information System

 

Pendidikan nasional saat ini masih dihadapkan pada beberapa permasalahan, yaitu pemerataan pada beberapa aspek masih rendah, kualitas dan relevansi memperoleh pendidikan masih rendah , dan manajemen pendidikan juga masih lemah disamping belum terwujudnya kemandirian dan keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi di kalangan akademis. Sejalan dengan desentralisasi dan otonomi daerah, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) sangat penting karena memberikan kewenangan dan kemandirian kepada sekolah untuk mengelola proses dan sumber daya pendidikan, melibatkan warga sekolah (guru, siswa, karyawan) dan orang tua siswa dan masyarakat dalam pengambilan keputusan yang ditujukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan prestasi siswa.

Menteri Pendidikan Nasional telah menerbitkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 053/2001 tanggal 19 April 2001 tentang pedoman penyusunan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dalam rangka penyusunan standarisasi nasional. Hal ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman atau acuan dan sekaligus sebagai ukuran keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, bahkan sampai di tingkat sekolah.

Kondisi Standar Pelayanan Minimal (SPM) ini bermanfaat untuk mengetahui pendidikan suatu wilayah yakni inventarisasi data mengenai standar pencapaian minimal.  Salah satu sarana yang terbaik untuk penyajian data kondisi Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu dalam bentuk peta, karena peta mempunyai manfaat antara lain menyajikan data yang diperlukan dalam konteks wilayah yang tepat, membuat pihak-pihak yang memerlukan (policy maker, perencana dan pelaksana) mempunyai kesamaan visi maupun bahasa meskipun berbeda tingkatannya, memudahkan perencanaan, pemantauan, pengawasan, pelaporan dan pengendalian lokasi kegiatan, dan mengetahui dengan pasti lokasi data yang dimaksud.

Sistem Informasi Pendidikan dalam bentuk pemetaan pendidikan ini akan mempermudah pengguna untuk mencari, melihat,  masukan data baru dan atau mengubahnya. Kapabilitas system pendataan pendidikan yang seperti ini sudah barang tentu mempermudah pengambil kebijakan dalam bidang pendidikan, terlebih lagi guna evaluasi kondisi pendidikan dalam pijakan menuju pendidikan berstandar nasional di semua jenjang dan jenis pendidikan.

Namun demikian perlu diketahui bahwa kemampuan peta untuk menampung dan menyajikan data secara keseluruhan sangat terbatas. Oleh karena itu masih diperlukan tabel-tabel dan uraian-uraian untuk melengkapi peta. Data dalam bentuk peta maupun numerik mempunyai peranan yang sangat penting, karena dapat menilai keserasian dan keterpaduan  antar satu kondisi ruang dengan ruang yang lainnya.

Dengan demikian untuk mengetahui sampai dimana standar mutu pendidikan di Kabupaten Bantul, sebagai objek pembahasan pada penelitian ini perlu adanya Penyusunan Sistem Informasi Pendidikan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk meningkatkan mutu pendidikan seluruh sekolah menuju Pengembangan Sekolah Standar Nasional (SSN) di Kabupaten Bantul.

Penyusunan Sistem Informasi Pendidikan merupakan basis data kependidikan dalam format peta pendidikan sehingga akan memberikan gambaran secara menyeluruh dan akurat tentang karakteristik sekolah berserta unsur-unsurnya atau sebagai basis data kependidikan di Kabupaten Bantul.  Basis data kependidikan yang dikembangkan sebagai Sistem Informasi Pendidikan di Kabupaten Bantul akan memberikan kesamaan data kependidikan. Karena basis data ini sifatnya bisa diperbaharui dan atau diubah datanya sesuai kondisi perkembangan di lapangan tanpa harus melakuan kajian ulang. Maka dengan dibangunnya Sistem Informasi Pendidikan dalam bentuk pemetaan pendidikan ini akan mempermudah pengguna untuk mencari, melihat, masukan data baru dan atau mengubahnya. Kapabilitas system pendataan pendidikan yang seperti ini tentu mempermudah pengambil kebijakan dalam bidang pendidikan, terlebih lagi guna mengevaluasi kondisi pendidikan dalam pijakan menuju pendidikan berstandar nasional di semua jenjang dan jenis pendidikan di Kabupaten Bantul.

Metode Pelaksanaan Penyusunan Sistem Informasi Pendidikan

Langkah kongkrit Penyusunan Sistem Informasi Pendidikan di Kabupaten Bantul adalah sebagai berikut.

  • Menyiapkan peta dasar wilayah Kabupaten Bantul yang bersumber dari hasil analisis SIG untuk sarana pendidikan
  • Berdasarkan hal tersebut diharapkan akurasi matrik agihan masing – masing lokasi Pendidikan di wilayah penelitian dapat dipertanggung jawabkan.
  • Memasukan data- data pendidikan, yang sebelumnya telah diolah terlebih dahulu sehingga dapat dan mudah diakses dalam format software SIG dan Pemrograman terstruktur serta software pendukung lainnya.
  • Produk peta data pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan pengguna (dalam arti bisa dalam bentuk soft copy maupun hard copy).

 

Gambar 3.1 Diagram Langkah pelaksanaan Penyusunan SIPd

METODE ANALISIS DATA

Data yang diperoleh dari sekunder dianalisis secara sederhana melalui pendekatan deskriptif kuantitatif, yakni berdasarkan kondisi kuantitas data yang ada hasil skoring dari masing – masing variabel yang menyertainya baik pada kondisi siswa, tenaga kependidikan, maupun sarana prasaranannya.

Selanjutnya kesimpulan yang dapat ditarik dari analisis merupakan gambaran objektif antara fakta yang diperoleh di lapangan dengan data yang telah tersedia sebelumnya. Pendekatan semacam ini menganut pola inferensi, merupakan metode  generalisasi, yaitu metode penarikan kesimpulan tentang sifat populasi atas dasar informasi dari sampel yang dapatkan di lapangan.

Perlu dipahami, bahwa yang utama dari   produk kegiatan ini adalah terciptanya software system informasi pendidikan, dimana data – data yang ada dalam kegiatan ini merupakan isi data  dalam software yang telah tersusun, juga seperti dikemukakan di atas bahwa mendasarkan spesifikasi software ini, maka sifat data yang ada bisa diperbaharui, diubah, dipanggil kembali dan sebagai keluaran data hasil olahan software.

 

GAMBARAN UMUM WILAYAH

  1. A.     LETAK GEOGRAFIS

 Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten/kota di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Apabila dilihat bentang alamnya secara makro, wilayah Kabupaten bantul terdiri dari daerah dataran yang terletak pada bagian tengah dan daerah perbukitan yang terletak pada bagian timur dan barat, serta kawasan pantai sebelah selatan. Kondisi bentang alam tersebut relatif membujur dari utara ke selatan. Secara Astronomis Kabupaten Bantul terletak pada garis lintang 070 44’04” – 08000’27”LS dan pada garis bujur 110012’34” –1100 31’08’’ BT. Secara administratif kabupaten Bantul Berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman

– Sebelah Timur: Kabupaten Gunung Kidul

– Sebelah Barat : Kabupaten KulonProgo

-Sebelah Selatan: Samudera Indonesia.

 

  1. B.     PEMBAGIAN ADMINISTRATIF

            Secara administratif Kabupaten Bantul terdiri dari 17 Kecamatan yang dibagi menjadi 75 desa dan 933 pedukuhan. Pembagian administrasi dan luas masing-masing kecamatan dapat dilihat pada tabel 4.1.

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa Kecamatan Dlingo merupakan wilayah yang paling luas, yaitu 55,87 Km2, sedangkan yang paling kecil luas wilayahnya adalah Kec. Srandakan (18,32 Km²). Untuk jumlah desa dan pedukuhan yang terbanyak terdapat di Kec. Imogiri (8 desa dan 72 pedukuhan). Berdasakan RDTRK dan Perda mengenai batas wilayah kota, maka status desa/kelurahan dapat dipisahkan sebagai desa/kelurahan pedesaan (rural area) dan perkotaan (urban area). Secara umum jumlah desa yang termasuk dalam wilayah perkotaan sebayak 41 desa, sedangkan yang termasuk  kawasan pedesaan sebanyak 34 desa. (perhatikan peta 1 – Lampiran)

Tabel. 4.1 Luas Kabupaten Bantul Menurut Kecamatan

No Kecamatan Jumlah Desa Jumlah Pedukuhan Luas (Km2)
1 Sradakan 2 43 18,32
2 Sanden 4 62 23,16
3 Kretek 5 52 26,77
4 Pundong 3 49 24,30
5 Bambanglipuro 3 45 22,70
6 Pandak 4 49 24,70
7 Pajangan 3 55 33,25
8 Bantul 5 60 21,95
9 Jetis 4 64 21,47
10 Imogiri 8 72 54,49
11 Dlingo 6 58 55,87
12 Banguntapan 8 57 28,48
13 Pleret 5 47 22,97
14 Piyungan 3 60 32,54
15 Sewon 4 63 27,16
16 Kasihan 4 53 32,38
17 Sedayu 4 54 34,36
Jumlah 75 933 506,85

Sumber: Bappeda, Kab.Bantul, 2007

  1. C.     SARANA PENDIDIKAN

 Sarana pendidikan yang memadai akan dapat memacu peningkatan kualitas Sumberdaya manusia terutama bagi generasi muda. Kualitas Sumberdaya manusia sangat diperlukan dalam menjelang dan menghadapi era globalisasi, terutama menghadapi pasar bebas.

  1. Sekolah Dasar

Berdasarkan data dari DikNas Kabupaten Bantul tahun 2007 jumlah Sekolah Dasar Negeri terbanyak terdapat di Kecamatan Kasihan (25 SD), sedangkan yang memiliki jumlah Sekolah Dasar Negeri paling sedikit terdapat di Kecamatan Srandakan (9 SD). Jumlah Sekolah Dasar Swasta  terbanyak terdapat di Kecamatan Bantul, Kasihan, dan Pundong (8SD), sedangkan yang tidak memiliki Sekolah Dasar Swastai terdapat di Kecamatan Dlingo.

Secara keseluruhan jumlah Sekolah Dasar yang terbanyak terdapat di Kecamatan Kasihan (33 SD), sedangkan yang memiliki jumlah Sekolah Dasar paling sedikit terdapat di Kecamatan Pajangan (12 SD).

2.  Sekolah Menengah Pertama

Berdasarkan data dari DikNas Kabupaten Bantul tahun 2010 Kabupaten Bantul memiliki jumlah Sekolah Menengah Pertama sebanyak 93 (sembilan puluh tiga) SMP. Dengan Jumlah SMP Negeri sebanyak 48 sekolah dan SMP Swasta Sebanyak 45 sekolah.

3.  Sekolah Menengah Kejuruan

Jumlah Sekolah Menengah Kejuraan (SMK) berdasarkan status beserta program keahlian secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut :

 

Tabel 4.6 Jumlah SMK Kab. Bantul Tahun 2007

No Nama Sekolah Program Keahlian Status
 

 

1

 

 

SMK NEGERI 1 BANTUL

 

Teknik Komputer dan Jaringan

Multimedia

Akuntansi

Administrasi Perkantoran

Penjualan

 

 

Negeri

 

 

2 SMK BINAWIYATA SRADAKAN Akuntansi

Penjualan

Swasta

 

 

3

 

SMK BUDIDHARMA PIYUNGAN

Akuntansi

Penjualan

Teknik Informatika/multimedia

Swasta

 

 

4 SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL Administrasi perkantoran

Akuntansi

Swasta

 

5 SMK  “17“ BANTUL Akuntansi

Administrasi perkantoran

Swasta

 

6 SMK PUTRA TAMA BANTUL Akuntansi

Penjualan

Broadcast/teknik siaran radio

Swasta

 

 

7 SMK MUHAMMADIYAH KRETEK Akuntansi Swasta
8 SMKN 1 PAJANGAN Teknik Gambar Bangunan

Rekayasa Perangkat Lunak

Negeri

 

Sumber: Diknas Bantul, 2010

 

Lampiran Peta

Gambar 1. Peta Administrasi Kab. Bantul

Gambar 2. Peta Penduduk Usia Sekolah Kab.Bantul

Gambar 3. Peta sebaran sekolah SD Kab.Bantul

Gambar 4. Peta sebaran  sekolah SMP Kab.Bantul

 

Gambar 5. Peta sebaran sekolah SMA Kab.Bantul

 


[1] Penulis adalah staf pengajar jurusan Geografi FIS UM, beliau dapat dihubungi via e-mail pada alamat Aguskotagede@yahoo.com