CULTURAL STUDIES (BUDAYA SEBAGAI MEDAN PERTARUNGAN KEKUASAAN)

GM. Sukamto DN.

Jurusan Sejarah, FIS Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang

Abstrak: Kajian-kajian budaya (cultural studies) melalui talenta Antonio Gramsci; Pierre Bourdieu, Raymond Wiliam, Douglas Kell ner, Henry Giroux, menyibak budaya sebagai medan pertarungan kekuasaan, bermaksud menegakkan keadilan dan menjadikannya emansipatoris sebagaimana gaya pemikiran Franfurt School. Kaum sub-altern-lah yang menjadi sasaran perjuangan agar ia dikembalikan kepada identitas yang jelas. Pinjam istilah Erich Fromm agar dalam proses menjadi dan bukannya proses memiliki, interrelasi Antara manusia – masyarakat; individu – institusi dan antara vountair – determinan berdialektika tidak untuk saling menegasi, namun saling meneguhkan keberadaan masing-masing. Mencontoh Giddens yang mendamaikan dualism menjadi dualitas, bagaikan Ritzer yang memimpikan paradigm baru sebagaimana keberhasilan Thomas Kuhn. Akhirnya bukan untuk memiliki lebih, namun mejadi lebih, gaya Erich Fromm dan agar tidak semata-mata hominisasi melainkan juga humanisasi bagi kokohnya martabat manusia.

Kata kunci: cultural studies, medan budaya, pertarungan kuasa.

Artikel ini dimuat pada Jurnal Sejarah-Kajian Sejarah dan Pengajarannya, Tahun Kesebelas Nomor 2, September 2005, ISSN 0853-8441